Jadi Orang Kaya Itu Susah
Sekarang katakanlah hidup seorang “nama anda”. Di dalam genggaman anda ada satu buah smartphone. Dari smartphone anda, anda dapat mengakses akun. Akun anda berisi uang. Uangnya hanya angka-angka. Satuan mata uangnya adalah “nama anda”. Nominalnya adalah satu Oktiliun. Apa itu satu Oktiliun? sekitar satu triliunnya satu triliun kali, lalu satu triliun kali satu triliunnya itu, dikali lagi seribu. Maka seribu-triliun-triliun itulah satu Oktiliun “nama anda” bukan rupiah bukan dolar.
“nama anda” 1,000,000,000,000,000,000,000,000,000,-
Namun sebelumnya untuk dapat mengakses ‘bank’ anda tersebut, anda terlebih dulu download XAMPP dan instal di komputer anda. Anda buat database dan membuat tabel akun anda melalui web browser kemudian pada url ketik localhost/phpmyadmin. Yang isi tabel itu ada nama anda dan uang sejumlah nominal satu oktiliun.
“nama anda” 1,000,000,000,000,000,000,000,000,000,-
Nah sekarang, asumsikan, apesnya uang itu diakui. Dan nilainya setara satu Oktiliun dolar.
Pertanyaannya adalah anda butuh kerja atau bisnis?
Anda tidak butuh kerja, anda tidak butuh bisnis.
Satu-satunya yang anda butuhkan adalah bagaimana caranya menghabiskan uang itu secara adil, secara takwa.
Sebab bila tidak dihabiskan, uang itu justru akan menjadi liabilitas. Menjadi beban. Beban ketika datang hari pertanggung jawaban. Yang mana setiap segala hal duniawi yang dititipkan Tuhan yang seolah-olah merupakan hak milik anda tersebut, akan ditanya. Bagaimana anda mendapatkannya? anda gunakan untuk apa titipan Tuhan itu?
Apakah anda gunakan untuk ketakwaan? Atau anda gunakan untuk kufur, maksiat kepada-Nya?
Kalau tidak habis, maka anda menyia-nyiakannya.
Kalau anda menghabiskannya dengan memakmurkan kemaksiatan, maka anda terhitung sebagai orang yang memakmurkan kemaksiatan.
Sekarang asumsikan anda mau bagi rata sama semua orang. Karena anda orang kaya. Yang kalau habis, tinggal ketik saja pada database bank anda satu oktiliun-oktiliun, maka kekayaan anda menjadi satu oktiliun pangkat satu oktiliun.
Asumsi jumlah manusia tujuh miliar. Maka untuk membagi rata, jadi satu oktiliun dibagi tujuh miliar. Buka kalkulator dulu, otak saya tidak sampai.
Mohon maaf, tadi kalkulatornya juga tidak kuat. Invalid input. Kebanyakan. Kebanyakan uang, kalkulatorpun pusing.
Intinya banyak.
Nah sekarang, anda pegang tidak database 7 miliar manusia? Punya nomor rekeningnya? Bagaimana anda menjamin transferan anda berhasil.
Asumsikan anda punya database 7 miliar manusia. Anda berhasil bagi rata mereka semua. Adilkah?
Tau darimana yang anda transfer itu orang yang menggunakan hartanya untuk kebaikan? Untuk kebenaran? Untuk keadilan?
Maka, bersyukurlah anda tidak menjadi orang kaya yang level kekayaanya, bikin pusing.
Bisa jadi kehidupan anda saat ini adalah kehidupan yang anda impi-impikan apabila kondisi anda mati sebagai orang yang terlalu kaya. Sebab pertanggung jawabannya tidak banyak dan hidup di duniapun tidak pusing dengan angka-angka di rekening anda, yang digitnya kebanyakan.
Kecukupan yang Menunjang Ketakwaan Lebih Baik | Manfaat
Lantas jika terlalu berlebihan salah, terlalu berkekurangan juga salah, apa yang benar? Yang benar berkecukupan dan bertakwa.
Dari sini anda mungkin mulai mengerti, bahwa kerja bukan kebutuhan anda. Bisnis juga sebenarnya tidak.
Anda seolah-olah butuh bekerja, seolah butuh bisnis, karena kemiskinan. Karena orang yang benar kaya, tidak bekerja. Melainkan memenuhi level kebutuhan yang bernama “self-actualization”. Aktualisasi diri. Level kebutuhan yang mana jika tidak dipenuhi, maka rasanya hidup ini tidak ada gunanya. Yang cara pemenuhannya adalah dengan menjadi manfaat. Kalau satu hari nanti anda menjadi orang yang benar kaya, masih tidak bahagia, kemungkinan sebabnya adalah anda tidak memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Anda tidak sukses menjadi manfaat.
Sedikit tentang manfaat, anda tidak benar-benar dapat memberi jika berkekurangan. Kekurangan hal berikut, menjadikan anda cenderung salah dalam memberi:
- kurang benar & adil
- kurang ilmu, akhlak dan kebijaksanaan
- kurang mengamalkan ilmu
- kurang alat tukar atau barang berguna
Jadi tidak bisa hanya modal alat tukar dan barang berguna saja.
Jadi Kerja atau Bisnis?
Maka lanjut lagi, kerja atau bisnis?
Kadang memang tidak mudah untuk menjadikan akun rekening kita berisi satu Oktiliun. Maka ujung-ujungnya anda perlu melakukan formalitas kehidupan. Yang mana pada intinya bekerja dan/ atau bisnis. Agar mendapatkan pendapatan.
Nah dari satu kata yang di-bold itu, kita mendapatkan pelajaran lagi bahwa, sebenarnya yang diperlukan bukanlah bekerja, bukan juga bisnis. Tidak hanya saldo rekening yang banyak. Namun pendapatan. Anda punya saldo yang banyak dan/ atau pendapatan, maka kerja dan bisnis bukanlah kebutuhan anda. Punya pendapatan, tapi tidak bekerja, tidak juga bisnis, tapi halal, mungkinkah? ada dua jalan untuk itu:
- passive income
- anda tidak merasa yang anda lakukan adalah pekerjaan
Kalau passive income yang halal, maka syaratnya tiga
- tidak masuk ke dalam larangan syariat Islam
- aset produktif dengan cashflow keuntungan yang laba lebih dari belanja modal dan/ atau belanja pegawai
- auto pilot
Maka anda tidak lagi bekerja.
Sedangkan jika ingin tidak merasa yang anda lakukan adalah pekerjaan, maka cukup melakukan kerja atau bisnis yang menghasilkan uang, namun anda sukai. Dengan demikian anda tidak bekerja. Yang menghasilkan uang. Tidak titik sampai kerja atau bisnis saja. Kerja banyak, bisnis juga banyak. Namun menghasilkan laba?
Terlepas dari hal tersebut, tidak menjamin seseorang yang punya bisnis auto-pilot punya pendapatan lebih besar dari yang menangani bisnis manual atau hanya sekedar bekerja. Mungkin benar auto-pilot tapi labanya juga sedikit.
Tidak jamin juga orang yang punya pendapatan besar beban hidupnya lebih ringan. Bisa jadi dia memikirkan membayar hutang, tunjangan dan pendapatan tambahan karyawan, kompetetitor, maintenance, dan lain sebagainya. Intinya beban hidup. Lebih kecil probabilitas bahagia dan menjalani hidup dengan tenang.
Kadang bahagia bagi sebagian orang itu tidur. Sementara yang tidur bisa jadi mengimpikan pendapatan yang besar.
Maka bahagia itu adalah mengimpi-impikan apa yang kita miliki.
Keinginan atau Kebutuhan vs Kebaikan
Namun hal tersebut di atas, belum tentu yang terbaik untuk anda.
Bisa jadi anda benci sesuatu namun itu baik bagi anda. Misal ujian keimanan, ujian kesabaran. Kerja atau bisnis yang tidak anda sukai namun
- tidak menyelisihi larangan dalam syariat Islam
- ada keberkahan melalui pekerjaan atau bisnis anda tersebut
Bisa jadi juga anda sangat menyukai sesuatu namun itu benar-benar buruk bagi anda semisal
- istidraj
Maka sampai di sini, kita mengetahui yang benar-benar anda perlukan sebelum bekerja atau bisnis yakni mengetahui mana yang menyelisihi larangan dalam syariat Islam dan istidraj agar anda dapat lolos dari rayuannya. Dan mana yang mengandung keberkahan agar anda mampu bersabar dan/ atau menapaki jalan yang di-ridhoi-Nya.