Beruntung pada masa kini yakni bisa salah satu atau beberapa di antara di bawah ini
- anda memasukkan kata kunci “beruntung” dalam Qur’an digital anda dan anda dikaruniakan pemahaman/ hidayah, inayah, afiyah, dan taufik untuk itu
- anda tidak rugi (empat prinsip kerugian dapat dilihat QS. Al-‘Asr [103]: 1-3)
Bertakwa itu cenderung kepada
- menjauhi larangan-Nya, mengerjakan perintah dan/ atau seruan dan/ atau apa yang menjadi kecenderungan-Nya
Orang yang beruntung itu sudah pasti bertakwa. Namun orang yang merasa bertakwa, belum tentu beruntung. Karena takwa yang dipahami secara subjektif, belum tentu mencapai “takwa” dari sudut pandang-Nya. Ditambah lagi orang yang melakukan amalan secara lahir seperti orang bertakwa tidak mengetahui seperti apa masa depannya di alam kubur dan di akhirat. Apakah amalnya diterima? Apakah amalnya mencapai standar? Apakah dia dapat menjelajah waktu ke masa depan dan melihat dosanya sudah pasti diampuni? Apakah dia dapat memastikan amal baiknya lebih berat dari amal buruknya? Apakah ia termasuk orang yang dikaruniakan kartu bithaqah? Jika tidak ada yang dapat dipastikan maka amalan lahir yang similiar atau kembar identik dengan amalan orang bertakwa belum tentu beruntung di akhirat.
Dan boleh jadi orang memandang orang lain tidak bertakwa sementara yang dikerjakannya (orang yang dipandang tidak bertakwa) termasuk melakukan salah satu atau beberapa dari tiga hal yang diampuni.