Investasi adalah penanaman hal berharga untuk memperoleh keuntungan. Hal berharga tak terbatas hanya kepada kata benda. Dapat semisal waktu, proses, barang-barang berguna.
Beberapa investasi yang strategis untuk kemaslahatan yang bersifat mendasar (keselamatan dunia dan akhirat):
- Ilmu yang bermanfaat
- Kesehatan Jiwa
- Barang berguna
Ilmu yang Bermanfaat
Siapa anda? Dari mana anda berasal? Ke mana anda akan kembali? Apa tujuan anda diciptakan dan berada di dunia?
Bagaimana kita dapat menjawab pertanyaan yang sangat mendasar tersebut dengan benar jika tidak dengan keilmuan yang benar? Dapatkah kita menjawab “kera” untuk jawaban dari pertanyaan “Siapa anda?”. Dapatkah kita menjawab “hura-hura untuk mati yang masuk surga” untuk jawaban dari pertanyaan “Apa tujuan anda diciptakan dan berada di dunia?”
Bisa saja. Tapi bohong.
Pada akhirnya pertanyaan yang penting adalah ke mana kita akan kembali?.
Maka pada akhirnya jawabannya akan mengacu pada dua cabang. Surga atau neraka.
Pertanyaan berguna lainnya adalah berapa durasi normal seseorang di dunia dan berapa durasi seseorang di akhirat? Mana yang menjadi awal dan mana yang menjadi akhir? Maka dari sana kita akan mengetahui mana yang lebih prioritas. Apakah dunia atau akhirat?
Yang jadi masalah adalah, kita tidak benar-benar dapat meraih kenikmatan akhirat dengan jawaban yang bohong. Karena Tuhan benar-benar tidak sama dengan orang polos yang dengan mudahnya dibohongi, dikelabui, ditipu dengan jawaban “tidak tahu” atau jawaban dusta.
Maka ilmu yang bermanfaat adalah hal yang menjadikan tangan dan kaki kita menjawab dengan benar dan tidak mengacu pada larangan-Nya ketika yaumul hisab tiba. Khususnya dalam perkara-perkara agama. Bukan hanya sebatas pengetahuan terkait kebenaran. Melainkan ilmu yang menjadikan sikap, ada integritas dengan ketakwaan. Bilamana ilmu itu hidayah, maka integritasnya sikap terhadap hidayah itulah taufik.
وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ – ٢٩
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.
(QS. At-Takwir [81]: 29)
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ – ٨
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ – ٩
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ – ١٠
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
(QS. Asy-Syams [91]: 8-10)
Maka manfaat itu lebih kepada takwa dan bukan jahat. Lebih kepada jiwa yang suci dan membersihkan jiwa yang kotor. Lebih kepada hidayah dan taufik, dan bukan kesesatan dan keputusasaan.
Bila soal takwa atau tidak takwa, maka soal benar atau salah dari sisi prespektif syariat. Mana yang lebih bijaksana di antara yang benar.
Maka investasi terkait ilmu alat berkenaan sumber-sumber ilmu ketakwaan adalah investasi yang patut untuk diperhitungkan.
Contoh investasi tersebut adalah semisal kepemilikan terkait dokumentasi dalil naqli (semisal kitab qur’an-terjemah-tafsir dan hadits-terjemah-syarah). Bentuk investasi lainnya adalah waktu untuk hafalan semisal surah-surah pendek atau membaca-baca dan mengingat-ingat kata kunci dan alamat kata kunci dalil naqli tersebut, (misal kata kunci bid’ah maka salah satu alamatnya arbain an-Nawawi nomor 5). Intinya kitab-kitab pokok dan/ atau kitab ilmu-ilmu yang benar-benar dasar/ ilmu alat dasar.
Anda akan merasakan manfaat dari kepemilikan kitab-kitab tersebut terutama jika anda memiliki potensi lupa, terlebih jika tidak memiliki satupun kerangka berpikir agama yang solid.
Jika telah mengetahui ilmu yang benar, maka itulah hidayah. Apakah hidayah itu menjadi manfaat? Dilihat saja seberapa jauh hidayah itu menjadi taufik bagi anda. Bagaimana jika sudah tau mana benar dan mana salah, mana baik dan mana buruk, tapi tidak bisa jadi benar tidak juga bisa jadi baik? Inilah masalah yang kerap menjumpai manusia akhir zaman. Manusia tidak dapat menempuh jalan kebenaran itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam (lihat QS. At-Takwir [81]: 29). Maka doa, sabar dan sangka baik kepada Tuhan itulah yang bermanfaat berkenaan dengan takdir.
Kehendak bebas untuk investasi adalah ikhtiar, hidayah dan taufik adalah dari sisi Tuhan. Kalau tidak ada budget untuk investasi? nah itu juga masalah.
Kesehatan Jiwa
Jika gila, maka tidak ada kewajiban atas rukun islam, tidak ada hisab. Yang jadi soal adalah ketika tidak gila namun situasi dan kondisi menggiring anda seperti orang gila (stres atau depresi), kalau mau pura-pura gila, hisab masih berlaku. Sebab tidak sama antara pura-pura gila dengan benar-benar gila. Jadi manajemen stres atau depresi itu menjadi cukup penting bagi anda yang berhati-hati/ mengantisipasi hisab yang berat.
Bisa jadi ketenangan jiwa itu disebabkan manusia lebih banyak berinteraksi dengan Tuhan daripada mengingat atau berinteraksi dengan makhluk.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ – ٢٨
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Dalam ayat tersebut, ingat Allah merupakan perkara iman. Jadi bilamana hati anda tidak tenteram, ada kemungkinan anda bukan orang yang ber….?
Barang Berguna
Secara garis besar, ada dua jenis barang berguna:
- peralatan. Biasanya tidak habis namun dapat menjadi usang
- perlengkapan. Biasanya dapat habis materialnya atau masa pakainya
Baik peralatan maupun perlengkapan, untuk ukuran penggunaan pribadi (non perusahaan besar dan alat berat) biasanya ukuran dan bentuknya kecil.
Aset dari sisi sifat atau peruntukkan:
- aset produktif. Biasanya yang nilainya bertumbuh (contoh: tanah) atau menghasilkan pemasukan (contoh: hunian rentalan)
- aset konsumtif. Biasanya untuk konsumsi pribadi. Misal, rumah tinggal. Biasanya ada liabilitas berupa biaya bulanan, atau mungkin tahunan berkenaan dengan aset-aset konsumtif
Mana yang lebih mending? aset produktif atau konsumtif? tergantung manusianya. Bilamana tolak ukur kesuksesan itu kuadran kanan (cashflow quadran), maka aset produktif itulah yang patut diperjuangkan. Bilamana kondisi pendapatan telah stabil namun tidak ada tolak ukur sukses itu ada di kuadran kanan, dan tidak punya rumah, belum menikah, rawan zina, bisa jadi aset konsumtif itu lebih manfaat khususnya bagi laki-laki, sebab nafkah ada dari sisi laki-laki.
Banyak investasi lain yang mungkin penting (misal salah satunya kesehatan jasmani) atau hanya terkesan penting (misal investasi bodong, judi dengan motivasi kekayaan). Terlepas dari hal tersebut, diperlukan ilmu untuk mengetahui mana yang cenderung halal untuk ditapaki dan mana yang cenderung haram atau mengarah kepada pertumbuhan investasi yang terlalu salah dari sudut pandang Islam.