وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ – ٧٧
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(QS. Al-Qasas [28]: 77)
Maka pilihlah Dunia dan Akhirat.
Sekarang misal jika anda, mendapati suatu bisikan. Wajah tidak tampak. Suara entah dari mana. Bisikan seolah menyeru anda kepada akhirat saja, dalam keadaan dunia anda tercukupi.
Apa yang anda lakukan?
Maka kembalilah kepada ayat tadi. Karena agama menganjurkan anda berlaku adil terhadap diri anda sendiri. Bilamana ada bisikan yang menjadikan anda menjadi zalim, maka itu bukanlah berasal dari agama. Bisikan itu, lebih cenderung berasal dari sesuatu yang keluar dari agama.
Karena agama itu jelas. Jika orang, maka orang itu jelas. Kedatangannya jelas. Ketukan pintunya jelas. Salamnya jelas. Jarak komunikasi efektifnya jelas. Wajahnya jelas. Maksud dan tujuannya jelas. Motifnya jelas. Paparannya jelas. Dalilnya jelas. Ayatnya jelas. Surahnya jelas. Haditsnya-pun juga jelas.
Maka jika ada bisikan yang tidak jelas, maka ketahuilah, setan itupun tidak jelas dan mengeluarkan kejelasan kepada ketidak jelasan.