Sustainibility (Kesinambungan). Merupakan aspek yang penting pada suatu company/ instansi/ organisasi jika dilihat secara top-down.
Terkadang (apalagi jika di dunia swasta), bahkan PHK adalah pilihan yang tak terelakkan jika pilihannya adalah humanity (kemanusiaan) atau sustainibility (kesinambungan) perusahaan. Karena swasta bukanlah dinas pemerintahan atau BUMN yang ‘di-doping‘ uang negara. Mereka bergantung kepada demand. Jika tak ada demand, maka pilihan mereka hanyalah menciptakan pasar atau mati. Adapun instansi pemerintahan atau BUMN, untung tidak untung, dipakai atau tidak dipakai, tetap digaji.
Dan untuk membentuk suatu company, instansi, organisasi yang sustain, ada dua hal yang secara normatif (tidak pasti mutlak) diperlukan dari Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Baik mereka tua maupun muda. Baik mereka laki-laki maupun perempuan. Baik mereka muslim maupun kafir. Baik mereka profesional maupun amatir. Baik mereka vendor pihak ketiga maupun internal instansi. Dua hal itu adalah sebagai berikut.
1. Berbuat Sesuai Kedudukan
قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌ ۚفَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ٣٩
Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui,
(QS. Az-Zumar [39]: 39)
Pernahkah anda mendapati suatu company, instansi, organisasi yang perilaku kesehariannya adalah ‘chaos‘?
Segalanya kacau. Padahal tidak ada gangguan.
Hal tersebut sangat mungkin disebabkan oleh ketidaksesuaian antara spesifikasi default jabatan, dengan realisasinya. Sebab setiap jabatan, memiliki uraian tugas. Uraian tugas itu terkadang ada yang perlu diambil, ada yang lebih bermanfaat ditaruh di akhir-akhir, ada pula yang lebih bermanfaat tidak dimasukkan ke dalam daftar untuk dikerjakan.
Tentu banyak hal yang dapat mempengaruhi ketidaksesuaian spesifikasi jabatan dengan realisasi. Beberapa di antaranya
- Tidak tau bahwa uraian tugasnya ada
- Lupa kalau ada uraian tugas
- Terpaksa mengerjakan uraian tugas jabatan lain disebabkan hal-hal tertentu, semisal faktor kemaslahatan-kemudharatan, kedaruratan, kualifikasi, perintah atau kebijakan
- Memang berniat menyimpang
Maka kesinambungan itu lebih berpihak kepada integritas SDM antara spesifikasi jabatan dan realisasinya. Sebab integritas itu yang mengkondisikan perbuatan berlandaskan dasar yang benar. Semakin benar, maka semakin tidak salah. Semakin tidak salah, semakin berkesinambungan. Normatifnya begitu.
2. Kolaborasi
Lantas jika semua sudah pada posisinya, sudah ada kesesuaian antara spesifikasi jabatan dengan realisasi, apakah performa internal lancar? Belum tentu.
Bisa jadi anda tidak sulit menemukan orang yang pandai dalam perkara duniawi di masa sekarang. Bahkan anak kecil yang dimodali alat mata-mata dan diajari cara memata-matai dan melakukan sabotase kepada ahli komputer saja, mungkin untuk terjadi.
Namun yang jadi pertanyaan adalah, apakah kepintaran itu menjamin bahwa performa internal suatu company, instansi, organisasi, menjadi dinamis? Maka itu tergantung dari
- kemampuan manajerial orang yang membawahi tenaga ahli dalam menempatkan dan mengkolaborasikan apa yang dipimpinnya
- kemampuan tenaga ahli yang dibawahi dalam menerima perintah kolaborasi dan merealisasikan perintah itu selama perintah itu masih masuk ke dalam uraian tugas dalam jenjang jabatan yang sejalur
Karena manusia itu sedikit banyaknya seperti sel saraf otak. Di mana ia baru cerdas ketika terkoneksikan, bukan cerdas karena besar, kuat atau banyak.
Maka koneksi, komunikasi, solutif, adalah hal yang berpengaruh terhadap suksesnya kolaborasi.
Sekarang pertanyaannya, jika ada satu sel saraf otak yang dihalangi untuk terkoneksi, berkomunikasi dan mengarah kepada solusi, bagaimana nasib kolaborasi? Gelap.
Itulah sebab, mengapa ‘gelap-gelapan’ atau membelakangi seseorang atau merahasiakan sesuatu kepada seseorang yang perlu untuk mengetahuinya merupakan kesalahan fatal untuk dilakukan bilamana hidup di dunia, tidak sebatang kara.
Karena menjadi tidak ada solusi.