Fulan mengerjakan suatu amalan yang menurut fulan, merupakan amal salih. Lalu Fulan ingin mengetahui apakah amal tersebut merupakan amal perbuatan yang bernilai baik di sisi Tuhan dan diterima di sisi Tuhan? Tanya Tuhan.
Tanda-tanda amal kebajikan manusia diterima Tuhan:
- Amal tersebut tidak tertolak. Amal yang ditolak adalah amalan bid’ah (lihat Arba’in an-Nawawi Nomor 5)
- Amal yang niatnya tidak bercampur dengan kesyirikan kepada-Nya (lihat HR. Muslim No. 2985; Ibnu Majah 4202 dari Abu Hurairah)
- Ia menerima catatan amal dari sebelah kanan, serta ia berada dalam kehidupan yang diridhai (lihat QS. Al-Haqqah [69]: 19-24)
- Ia tidak menerima catatan amal dari sebelah kiri, ia ridha terhadap pengetahuannya berkenaan perhitungan amalnya, ia tidak mengharapkan kematian pada masa-masa perhitungan untuk menyudahi kehidupan setelahnya, hartanya berguna untuk masa akhiratnya, jika ia berkuasa, kekuasaan itu bermanfaat untuk masa akhiratnya, pada masa akhirat ia tidak ditangkap, tidak pula dibelenggu tangan dan lehernya, ia tidak dimasukkan keĀ dalam api neraka yang menyala-nyala, ia tidak dibelit dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta, ia beriman kepada Allah Yang Maha Besar (QS. Al-Haqqah [69]: 25-33)
- Amal itu dikerjakan seorang yang di atas dasar ketakwaan (QS. Al-Ma’idah [5]: 27)
- Amal itu tidak bersumber dari yang haram (Lihat Arba’in an-Nawawi No. 10)
- Amal tersebut bukan merupakan campuran antara kebenaran dengan kebatilan (Lihat QS. Ali Imran [3]: 71). Bukan juga campuran antara keimanan dengan kemusyrikan (Lihat QS. Al-An’am [6]: 82). Tidak juga campuran pekerjaan baik dengan pekerjaan lain yang buruk (Lihat QS. At-Taubah [9]: 102)
- Amal tersebut bukan amalan sia-sia (Lihat QS. Ali Imran [3]: 21-22; QS. Al-Ma’idah [5]: 5, 53; QS. At-Taubah [9]: 17 & 69; QS. Al-Kahfi [18]: 103-105; QS. Al-A’raf [7]: 118, 139, 147; QS. QS. Hud [11]:15-16); QS. Al-Baqarah [2]: 217.
Dari informasi-informasi di atas, maka teranglah bahwa manusia tidak bisa benar-benar memastikan amal kebajikannya diterima atau ditolak, sebelum manusia itu mati terlebih dahulu dengan kematian yang khusnul khatimah, lalu menyaksikan hisab-nya (perhitungan amalnya) sendiri.
Banyaknya amal kebajikan dan amal kebajikan itu diterima, memang penting, kendatipun demikian, yang lebih penting adalah amal kebajikan tersebut pada akhirnya lebih berat daripada amal keburukannya dan ia tidak termasuk orang yang muflis dari sisi amalan.