Untung.
Siapa yang tidak ingin untung dan siapa yang mau rugi.
Orang normal dalam kondisi normal, tidak ada yang mau rugi dan maunya untung.
Lantas bagaimana jika anda diperlakukan oleh seseorang, yang mana perlakuan itu merugikan. Baik berupa perkataan atau seruan yang tidak berguna lagi sia-sia, perbuatan yang tidak mengacu kepada mutual atau ketakwaan dan manfaat?
Maka untung itu adalah perbuatan dan perkataan yang bermanfaat.
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ
1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ
2. (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ ۙ
3. dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,
(QS. Al-Mu’minun [23]: 1-3)
Perbuatan yang bermanfaat itu adalah menjauhi kondisi muflis (di akhirat), menjauhi kondisi bermasalah di qantarah dengan menuntaskan segala perkara yang dapat diselesaikan di dunia, menjauhi kerugian akhirat dan dunia.
Setelah menjauhkan potensi berkurangnya timbangan amal baik atau menjauhkan beratnya timbangan amal buruk, barulah manfaat itu berpikir untuk bagaimana dapat memberatkan amal baik. Semisal mengokohkan keimanan, dzikir, Qur’an, perbuatan takwa, perbuatan duniawi yang dikerjakan dalam keadaan beriman, dan yang semisal.
“Hiduplah sesukamu karena sungguh engkau pasti mati. Cintailah siapa pun yang engkau suka karena sungguh kalian pasti berpisah. Berbuatlah sesukamu karena sungguh engkau pasti menemui (balasan) perbuatanmu itu.” [HR al-Baihaqi]
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ
6. Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.
(QS. Al-Bayyinah [98]: 06)
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.
(QS. An-Nisa [04]: 48)